Agar tubuh dapat benar-benar sehat, sangat perlu untuk menjaga kesehatan fisik dan mental sekaligus, karena keduanya saling berhubungan. Kesehatan fisik yang buruk dapat meningkatkan risiko terganggunya kesehatan mental. Begitu pula sebaliknya, kesehatan mental yang buruk dapat mengakibatkan menurunnya kesehatan fisik. Terlebih di tengah pandemi Covid ini. Banyaknya informasi yang beredar bisa saja memengaruhi kesehatan mental. Rasa panik, stres, takut, hingga akhirnya berdampak buruk pada kesehatan fisik.
Soal pandemi, cara bijak untuk menghadapinya adalah tetap waspada tapi tidak panik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Lalu, bagaimana caranya?
1. Ibadah
Secara umum, ibadah bisa dijadikan sebagai media untuk menentramkan kejiawaan seseorang, meski dalam kegiatan sehari-hari ibadah itu memang diwajibkan, seperti solat. Namun secara psikis dengan melakukan ibadah psikis seseorang akan jauh lebih baik, serta membuat fikiran dan juga mental menjadi lebih rileks ataupun tenang, sehingga seseorang pun akan lebih tau cara menguatkan mental diri sendiri bersemangat untuk melakukan segala kegiatan sehari-hari.
Dari segi fisik, ibadah seperti solat jg memberi dampak yang positif bagi kesehatan, diantaranya dapat memperbaiki sel-sel tubuh serta menyeimbangkan fungsi hormon, meningkatkan fungsi organ tubuh, melancarkan peredaran darah dan sebagainya.
Tak hanya solat, rajin-rajinlah juga berpuasa. Di luar bulan ramadhan seperti saat ini, kita masih bisa tetap berpuasa sunnah, puasa senin dan kamis misalnya. Atau sekurang-kurangnya sempatkan diri untuk puasa minimal 3 hari dalam sebulan. Mengapa? Karena puasa juga memiliki efek yang luarbiasa bagi kesehatan. Diantaranya membantu mengurangi kolestrol jahat, mengurangi peradangan, menetralkan gula darah dan banyak manfaat lainnya untuk kesehatan. Hal ini penting untuk kita terapkan, karena selain mendapat pahala di sisi Allah, ia juga menyehatkan. Ketika kondisi fisik sehat, maka tubuh akan lebih kebal terhadap berbagai virus.
2. Kembali ke konsep dasar dan pahami.
Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Koentjoro mengungkapkan, hanya ada satu cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar tidak panik menghadapi situasi wabah penyakit ini, yakni kembali ke konsep dasarnya.
“Satu yang harus kita lakukan, kita harus kembali kepada konsep pentingnya antibodi. Virus itu, apa pun itu, ada di sekitar kita. Tetapi yang bisa melawan hanya antibodi kita,” kata Koentjoro.
Ia mencontohkan, saat seseorang bersin, artinya sistem tubuh tengah menolak virus yang masuk ke dalam tubuh.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memperkuat antibodi sebagai senjata utama menghadapi virus. Selalu makan sehat, tidur yang cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok, adalah poin-poin penting yang harus digarisbawahi. Seperti yang disebutkan oleh Koentjoro, bahwa menerapkan pola hidup sehat itu sudah cukup. Tidak perlu takut berlebihan.
Jika sudah memahami konsep dasar dari virus dan tahu cara melawannya, maka masyarakat tidak akan panik yang berlebihan.
3. Tidak Panik
Masyarakat Indonesia umumnya panik dalam menghadapi Covid ini. Panic buying dengan membeli kebutuhan harian secara berlebihan, panik menimbun masker, panik berbelanja jahe, kunyit, madu, temulawak, panik dan cemas karena mendengar berita-berita buruk setiap harinya, juga panik, takut dan khawatir berlebihan terhadap kesehatan diri sendiri maupun orang-orang tercinta.
Dalam ilmu psikologi, panik atau cemas memiliki peran yang besar dalam pengambilan keputusan dan tindakan seseorang. Tapi, itulah nyatanya yang terjadi pada masyarakat saat ini. Masyarakat tidak siap menerima berbagai aliran informasi soal Covid, akhirnya kecemasan itu muncul.
“Secara psikologis itu menggambarkan ketakutan, bahwa kecemasan itu menular. Ketika ketakutan dan kecemasan itu menular, maka yang akan terjadi adalah orang menjadi semakin depresi, bingung, dan sebagainya,” jelas Koentjoro.
Untuk itu, penting kesadaran untuk tidak panik dalam menghadapi situasi seperti ini.
“Obat apa pun juga, atau penyakit apa pun juga, kalau sudah dengan panik itu tidak akan baik. Oleh karena itu, yang pertama, jangan panik,” ujar dia.
Sebab itu, ada baiknya kita tahu bagaimana sebaiknya mengonsumsi informasi dan meresponsnya. Dengan itu, banjirnya informasi tak akan memengaruhi psikologis seseorang jika orang itu siap menerima informasi tersebut. Karena kebanyakan kecemasan masyarakat dipengaruhi oleh berita-berita yang tersebar di mana-mana.
Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk menjaga kewaspadaan dengan memahami soal virus corona, cara penularan, dan bagaimana mencegah agar tak tertular dari virus itu. Terlepas dari mematikan atau tidaknya virus tersebut. Sebab, dalam tingkatan apapun, yang namanya sakit adalah hal yang tidak menyenangkan, dan kita harus menjaga diri darinya.
Diingatkan pula untuk mengikuti imbauan pemerintah agar menghindari kerumunan orang atau menjaga jarak minimal 2 meter ketika berada di ruang publik, dan tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak.
Social distancing dan pembatasan gerak dianggap efektif untuk menekan meluasnya penularan virus corona.
Selain itu, rajin mencuci tangan dan selalu membawa hand sanitizer saat bepergian.
4. Istirahat sejenak dari berita
Tidak sehat jika terus-menerus membaca, mendengar, dan menonton berita. Cobalah luangkan waktu untuk bersantai dan melakukan beberapa aktivitas yang disukai. Misalnya, membaca buku, berkebun, menggambar, dan lainnya.
Saat mengobrol dengan keluarga dan teman-teman, usahakan agar tidak terlalu fokus untuk membahas soal wabah ini. Menghindari berita sama sekali memang sebaiknya tidak dilakukan. Cara terbaik adalah dengan membatasinya agar tidak terlalu stres.
5. Berpikir positif
Perasaan negatif yang bertumpuk di dalam tubuh menimbulkan penyakit. Pada tahun 1986, hasil peneletian Fakultas Kedokteran Universitas San Fransisco menunjukkan bahwa 93% kondisi pasien di beberapa rumah sakit ditentukan oleh akal pikiran. Ketika berpikir dengan cara yang tidak benar, terjadilah guncangan perasaan. Guncangan perasaan ini mengakibatkan gangguan pada organ tubuh dan lainnya.
Jadi, menghadapi krisis dengan pikiran negatif bukan solusi, ini tidak akan membuat lebih tenang. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memelihara pikiran positif. Mulai dari memberikan sugesti positif pada diri sendiri, lebih berfokus pada hal-hal baik dan menyenangkan dalam hidup, serta berbagi cerita dan kebahagiaan dengan orang-orang tercinta, orang-orang yang memberi semangat.
Energi dari berpikir positif itu nyata dan berpengaruh untuk kesehatan fisik dan mental. Jika kita mampu mengendalikan diri untuk tetap berpikir positif, pengaruhnya pun tak hanya baik untuk diri sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar.
Sumber:
-Buku: Antipanik! Buku Panduan Virus Corona (Alex Media Komputindo) -dr.Jaka Pradipta. Sp.P dan dr. Ahmad Muslim Nazaruddin Sp.P.
-Buku: Dahsyatnya Berperasaan Positif (Serambi Ilmu Semesta) -Ibrahim Elfiky
Disusun dan diposting oleh:
Mahasiswa KPM-DRI UIN Ar-Raniry, Gampong Jeulingke – IAT 05, FUF sebagai proker harian dalam kegiatan edukasi berbasis online. Melalui website gampong, Instagram dan Facebook